Modal bisnis memang tak selalu identik dengan fresh money. Ide dan pengalaman panjang, nyatanya bisa juga melahirkan unit bisnis baru. Termasuk di dalam menggarap lahan satelit sekali pun? Sekelumit perjalanan PT Indotelsat (Indonesia Telekomunikasi Satelit) yang baru berdiri setahun lalu mematahkan anggapan bahwa bisnis harus di-set-up dengan rencana matang dan gelontoran uang dalam jumlah besar. Indotelsat terlahir justru menonjol karena semangat dan nilai-nilai kejujuran di dalam membangun hubungan berdasarkan asas kepercayaan.
Adalah peran Anto Sutikno, Presiden Direktur Indotelsat, yang merintis dan meletakkan pondasi bisnis dengan melibatkan teknologi satelit yang kini menyasar segmen UKM di dalam memenuhi solusi akan kebutuhan koneksi komunikasi maupun transfer data. Kepada Majalah HC, ia mengisahkan perjalanan hidupnya.
Status Anto setahun lalu masih menjadi pegawai di salah satu perusahaan telekomunikasi ternama di Indonesia. Hampir lebih dari 15 tahun hidupnya ia tekuni dengan menjalani profesi sebagai pemasar alat-alat telekomunikasi. Di dunianya di seputaran industri telekomunikasi sedikit banyak memang telah membuka mata Anto bahwa peluang yang terpampang di hadapannya terbentang luas.
“Hampir 8 bulan saya mengalami perang batin untuk terus menjadi karyawan atau harus keluar dan merintis usaha sendiri. Saya sebenarnya mempunyai cita-cita dari awal suatu saat nanti saya harus mempunyai bisnis sendiri yang skala besar kecilnya, ya saya sendiri yang menentukan,” tutur Anto lagi.
Entah dorongan apa sejatinya yang ada di dalam hatinya, Anto akhirnya resign dari kantor. Namun, karena alasan pengunduran dirinya berdasarkan kemauan sendiri, Anto mengaku tidak mendapatkan kompensasi dari tempat ia mengabdi selama ini. “Malah jujur kalau berdasarkan hitung-hitungan matematika, saya dan keluarga hanya bisa bertahan selama 2 bulan saja dari uang tabungan yang ada.” Tidak peduli dibilang konyol, Anto ternyata lebih menuruti kata hatinya untuk segera menjadi manusia bebas.
Di awal-awal resign, Anto memang seolah merasakan beban berat yang selama ini berada di pundaknya seolah terbang. Namun keadaan ini tidak berlangsung lama. Ia pun segera tersadar dengan posisinya serta kenyataan hidup seperti apa yang ada di depannya. Sejenak ia mengalami apa yang disebut blank-spot dalam hidupnya, dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. “Tapi saya mempunyai keyakinan yang kuat, masak sih saya ini yang punya pengalaman panjang dan punya jaringan teman-teman yang banyak harus hidup kelaparan.”
Beruntung ia dipertemukan dengan ‘teman-teman seperjuangan’ itu pun mempertaruhkan uang sisa tabungannya untuk mengikuti kelas mentoring bisnis. Semangat hidup Anto yang sempat redup dengan motivasi di titik terendah, tiba-tiba kembali melejit dan menyala terangbenderang. “Saya baru terbuka bahwa bisnis itu tidak rumit seperti yang dibayangkan. Asal ada kemauan kuat, Insya Allah kita akan dibimbing menemukan jalan keluarnya.”
Momen penting inilah yang menjadi titik balik Anto melangkah tegap menjalani hari-hari berikutnya. Ia hubungi kembali teman-teman lamanya dengan niatan silaturahmi dan dari langkah kecil inilah, Anto merasa seolah pintu telah dibukakan untuknya. Misalnya suatu hari, Anto diminta untuk menyediakan salah satu alat telekomunikasi oleh temannya yang bekerja di anak perusahaan Telkom.
Tak banyak berpikir, Anto pun mencari barang dimaksud ke supplier yang juga teman lamanya. Hanya sesimpel itu, Anto mengawali order pertamanya dengan tidak memikirkan sedikitpun berapa banyak untung yang akan didapatkan.
Dari order pertamanya ini, ia mengaku hanya mendapat marjin sekitar Rp 38.000. Namun ia terus bersyukur dengan rejeki yang telah diberikan kepadanya dan terus menata hati untuk gampang menerima segala sesuatu dengan cara pandang positif. “Saya hanya menerapkan kejujuran dan menjaga amanah orang lain melalui kepercayaan dan inilah modal terbesar saya,” imbuhnya.
Ibarat kata sudah berhasil dengan pecah telor pertama, maka order kedua, ketiga, keempat dan seterusnya lancar bagai air mengalir. Ia kerap diminta kolega-koleganya untuk memenuhi barang ini-itu dan karena track recordnya yang baik serta layanan kepada pelanggan dengan sepenuh hati, telah mengubahnya menjadi daya ungkit tersendiri. Pesanan - pesanan selanjutnya yang diterima Anto, ternyata lebih banyak datang dari sistem pemasaran tradisional, dari mulut ke mulut.
Sekali lagi dengan kepercayaannya inilah, yang mengantarkan Anto belakangan harus bolak-balik terbang ke negara-negara tetangga, mulai dari Singapura, Thailand dan Korea Selatan. “Belum lama ini saya baru pulang dari Seoul untuk diajak sebagai mitra. Perusahaan saya nantinya akan menjadi pemasar tunggal produk-produk mitra dari Korea Selatan ini untuk dipasarkan di Indonesia,” ujarnya.
Tentang jenis usahanya sendiri, Anto menjelaskan dengan sederhana bahwa perusahaannya menawarkan solusi telekomunikasi berbasis teknologi satelit. Ia kini rajin menawarkan teknologi terbarukan dari satelit yang kini banyak digunakan di negara - negara maju melalui KU-Band. “Ini merupakan salah satu frekuensi kerja dari satelit yang jauh lebih tinggi dan powerfull ketimbang C-Band,” jelasnya tentang salah satu produk usahanya.
Anto lantas membandingkan, C-Band ini mempunyai rentang bandwith 6 GHz untuk transmisi dan 4 GHz untuk receive. Di level ini, user harus menggunakan antena berdiameter 1,8 meter dengan output akses di kisaran 256 kbps (kilo byte per second). Sedangkan kalau menggunakan KUBank, bandwithnya di posisi 14 GHz transmisi dan 10 GHZ receive, padahal antena yang digunakan cukup dengan diameter 0,89 sampai 1,2 meter. Keluaran akses KU-Band lebih besar spesifikasinya yang bisa menyentuh kapasitas 2 MB untuk pengiriman data dan di sisi lain bisa mengunduh data berkapasitas 4 MB.
“Ini artinya semakin tinggi frekuensi yang dipakai maka semakin kecil antena yang digunakan sehingga dari sisi investasi akan semakin murah. Untuk ukuran pelaku UKM hal ini akan bisa menekan harga pokok produksi sehingga pada akhirnya akan menjadi faktor penentu biaya yang lebih kompetitif,” urai Anto sambil menambahkan KU-Band cocok untuk solusi internet, voice, streaming dan belakangan industri perbankan juga mulai memanfaatkan untuk kebutuhan ATM-mobile. (Portalhr)
Sumber : suaramedia.com
Rabu, 24 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar