Kediri - Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri mendukung rencana Tentara Nasional Indonesia untuk memberikan pelatihan memegang senjata kepada santri. Saat ini usulan tersebut tengah dibahas di Kementerian Pertahanan Negara.
Ketua I Pondok Pesantren Lirboyo KH Ibrahim Hafidz mengatakan kalangan santri di pondok pesantren ini memiliki idealisme dan nasionalis yang tinggi pada negara. Karena itu sangat wajar jika TNI memasukkan santri sebagai elemen pertahanan negara. “Santri siap membela negeri ini dengan memegang senjata,” kata Gus Bram kepada Tempo, Selasa (13/7).
Wacana itu sendiri disampaikan Komandan Korem 08 Mojokerto Kolonel Sumardi saat menjadi narasumber Seminar Ketahanan Nasional di Aula Muktamar Lirboyo, Kamis (8/7) lalu. Di depan ribuan santri dan pengasuh pondok pesantren, Sumardi mengatakan masyarakat yang terlatih adalah komponen yang bertanggungjawab atas keamanan negara selain TNI dan Polri.
Hal inilah yang menjadi pertimbangan TNI untuk memasukkan santri di lini pertahanan negara karena idealisme mereka yang sangat tinggi. Saat ini usulan pemberian senjata kepada santri tersebut tengah dibahas oleh Kementerian Pertahanan Negara, dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang pertahanan nasional. “Dengan pelatihan khusus, mereka akan bisa memegang senjata,” kata Sumardi.
Gus Bram sendiri menilai pendidikan kebangsaan dan nasionalisme santri di lingkungan pondok pesantren sangat besar. Bahkan implementasi kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang diberikan di pondok pesantren jauh lebih tinggi dibandingkan sekolah umum. Hal inilah yang mencetak sikap nasionalisme santri yang lebih besar dibandingkan masyarakat lainnya.
Selain itu, unsur bela negara ini juga dicecap para santri saat mengikuti kegiatan bela diri pencak silat. Saat ini hampir seluruh santri Lirboyo memiliki ilmu bela diri yang tergabung dalam Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia (Gasmi) yang dipimpin Zainal Abidin atau Gus Bidin.
Khusus untuk memegang senjata, Gus Bram mensyaratkan santri pilihan yang layak mendapatkan pelatihan tersebut. Selain telah menyelesaikan pendidikan agama dan pengetahuan, santri tersebut harus memiliki limu bela diri yang mumpuni.
Gus Bram juga menjamin santrinya tidak akan gentar menghadapi situasi peperangan jika suatu saat diperlukan. Sebab perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sejak dulu juga tidak bisa dipisahkan dari perjuangan santri. “Kalau Kyai yang memerintah, tidak ada ketakutan sama sekali di benak santri,” kata Gus Bram.
tempointeraktif.com
0 comments:
Posting Komentar