Gereja-gereja Katolik Jerman mulai mengkhawatirkan keluarnya warga negara ini dari agama Katolik akibat terbongkarnya skandal pelecehan seksual para pendeta. Skandal pelecehan seksual para pendeta telah membuat para pejabat gereja Katolik selama beberapa hari lalu dan bersamaan dengan peringatan Hari Paskah mengoperasikan telepon darurat untuk menerima pengaduan dari para korban pelecehan seksual.
Hingga saat ini sudah ada sekitar 4.500 orang yang menelpon nomor darurat ini dan menuntut agar gereja segera mengambil langkah-langkah terkait hal ini.
Gereja-gereja Katolik di Jerman mengoperasikan telepon darurat ini saat para pengamat dan media menilai gereja Katolik telah cacat di mata publik dan sulit untuk kembali ke masa sebelumnya. Mereka juga sulit untuk membendung keluarnya para pemeluk Katolik dari agamanya. Di sisi lain, sesuai dengan hasil polling terkait skandal pelecehan seksual yang menimpa gereja-gereja Katolik di Jerman, hanya 31 persen masyarakat Jerman yang masih merasa puas akan kinerja Paus Benediktus XVI.
Hasil jajak pendapat yang dilakukan majalah Stern cetakan Hamburg ini menunjukkan 45 persen warga Jerman menilai buruk kinerja Paus.
“Benar, rakyat Jerman sangat memprotes sikap diam Paus Benediktus XVI terkait skandal pelecehan seksual ini” menurut hasil poling. Padahal, tiga tahun lalu hanya delapan warga Jerman yang menyatakan lemah akan kinerja Paus dan sekitar 70 persen menilai kinerja Paus sangat baik.
Paus berusia 82 tahun ini secara langsung atau tidak punya hubungan dengan terbongkarnya skandal pelecehan seksual di gereja-gereja Katolik Jerman.
Paus Benediktus XVI secara tidak langsung punya hubungan dengan lembaga gereja di negara bagian selatan Jerman. Paus pernah menjadi Uskup Agung kota Munich saat terjadi kasus pelecehan seksual dan dengan demikian, Paus mengenal dengan baik lembaga ini.
Satu-satunya hubungan langsung antara Paus dan skandal pelecehan seksual terhadap anak-anak terkait dengan seorang pendeta bernama Peter Holerman. Pendeta Holerman dipindah dari kota Essen ke Munich akibat skandal pelecehan seksual dan pada waktu itu, Paus Benediktus XVI yang menjadi Uskup Agung di sana.
Paus ternyata menyetujui perpindahan itu dengan syarat setiap pekan ia harus memeriksakan dirinya ke psikiater dan pusat-pusat pengobatan lainnya. Namun pada saat yang sama, Holerman telah memulai kerjanya di sebuah tempat di gereja yang punya hubungan langsung dengan anak-anak.
Ternyata di kota ini Holerman belum kapok dan melakukan skandal yang sama dan akhirnya dipidana satu tahun penjara di potong masa tahanan.
Tuduhan pertama skandal pelecehan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan oleh para pendeta di Jerman terjadi bulan Januari tahun ini. Semua berawal dari pengaduan yang dilakukan oleh 20 alumni Kolese Canisius, Berlin.
Sejak saat itu hingga kini sekitar 300 orang yang pernah belajar di sekolah-sekolah Katolik mengajukan pengaduan yang sama dan rata-rata kejadiannya di dekade 50 dan 60-an.
Sedikitnya ada dua pendeta yang dikeluarkan akibat aksi pelecehan seksual, namun masih banyak pelaku tindakan amoral ini yang belum diadili. Hal itu dikarenakan kesempatan 10 tahun untuk mengajukan proses peradilan telah lewat dan banyak dari kasus-kasus ini yang telah berusia di atas 18 tahun.
Hingga saat ini sudah ada sekitar 4.500 orang yang menelpon nomor darurat ini dan menuntut agar gereja segera mengambil langkah-langkah terkait hal ini.
Gereja-gereja Katolik di Jerman mengoperasikan telepon darurat ini saat para pengamat dan media menilai gereja Katolik telah cacat di mata publik dan sulit untuk kembali ke masa sebelumnya. Mereka juga sulit untuk membendung keluarnya para pemeluk Katolik dari agamanya. Di sisi lain, sesuai dengan hasil polling terkait skandal pelecehan seksual yang menimpa gereja-gereja Katolik di Jerman, hanya 31 persen masyarakat Jerman yang masih merasa puas akan kinerja Paus Benediktus XVI.
Hasil jajak pendapat yang dilakukan majalah Stern cetakan Hamburg ini menunjukkan 45 persen warga Jerman menilai buruk kinerja Paus.
“Benar, rakyat Jerman sangat memprotes sikap diam Paus Benediktus XVI terkait skandal pelecehan seksual ini” menurut hasil poling. Padahal, tiga tahun lalu hanya delapan warga Jerman yang menyatakan lemah akan kinerja Paus dan sekitar 70 persen menilai kinerja Paus sangat baik.
Paus berusia 82 tahun ini secara langsung atau tidak punya hubungan dengan terbongkarnya skandal pelecehan seksual di gereja-gereja Katolik Jerman.
Paus Benediktus XVI secara tidak langsung punya hubungan dengan lembaga gereja di negara bagian selatan Jerman. Paus pernah menjadi Uskup Agung kota Munich saat terjadi kasus pelecehan seksual dan dengan demikian, Paus mengenal dengan baik lembaga ini.
Satu-satunya hubungan langsung antara Paus dan skandal pelecehan seksual terhadap anak-anak terkait dengan seorang pendeta bernama Peter Holerman. Pendeta Holerman dipindah dari kota Essen ke Munich akibat skandal pelecehan seksual dan pada waktu itu, Paus Benediktus XVI yang menjadi Uskup Agung di sana.
Paus ternyata menyetujui perpindahan itu dengan syarat setiap pekan ia harus memeriksakan dirinya ke psikiater dan pusat-pusat pengobatan lainnya. Namun pada saat yang sama, Holerman telah memulai kerjanya di sebuah tempat di gereja yang punya hubungan langsung dengan anak-anak.
Ternyata di kota ini Holerman belum kapok dan melakukan skandal yang sama dan akhirnya dipidana satu tahun penjara di potong masa tahanan.
Tuduhan pertama skandal pelecehan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan oleh para pendeta di Jerman terjadi bulan Januari tahun ini. Semua berawal dari pengaduan yang dilakukan oleh 20 alumni Kolese Canisius, Berlin.
Sejak saat itu hingga kini sekitar 300 orang yang pernah belajar di sekolah-sekolah Katolik mengajukan pengaduan yang sama dan rata-rata kejadiannya di dekade 50 dan 60-an.
Sedikitnya ada dua pendeta yang dikeluarkan akibat aksi pelecehan seksual, namun masih banyak pelaku tindakan amoral ini yang belum diadili. Hal itu dikarenakan kesempatan 10 tahun untuk mengajukan proses peradilan telah lewat dan banyak dari kasus-kasus ini yang telah berusia di atas 18 tahun.
Suber : voa-islam.com
0 comments:
Posting Komentar