Selanjutnya, nampak Sandi yang memakai kaos kuning itu nampak asyik duduk di atas sebuah karung putih yang tidak jelas apa isinya. Tangan kanannya menjepit sebatang rokok, sementara tangan kirinya memegang HP sejenis blackberry. Dari sebatang rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengah itu, Sandi nampak begitu menikmati isapan rokok.
Dari warna bibirnya yang sangat hitam, nampak jelas, Sandi sudah sangat mahir merokok. Bahkan berulang kali ia memperagakan keterampilan merokok dengan meniupkan asap rokok dengan bentuk bulatan-bulatan. Untuk bocah seusianya, jangankan menghisap rokok, terkena asap saja bisa terbatuk-batuk.
Adegan berikutnya, Sandi berdialog dengan beberapa orang pria dan wanita yang tid
ak tampak gambarnya. Dari seluruh percakapan, nampak jelas bahwa para pria dan wanita itu adalah orang-orang bejat. Dalam didikan mereka, jadilah Sandi, balita empat tahun sebagai anak mesum. Anak sekecil itu sudah fasih ngobrol tentang seks, pelacuran dan tempat-tempat mesum di Surabaya. Sandi bahkan mengaku sudah sering melakukan hubungan badan dengan para pelacur di lokalisasi.
Wanita: Owalah Ndi.. Ndi, kowe iku nek gede nek dadiyo opo? (Oh Sandi, kamu nanti kalau sudah besar mau jadi apa?)
Dewasa: Sandi nek gede dadi? (Sandi kalau sudah besar mau jadi apa?)
Sandi: Maling! (Jadi maling!)
Dewasa: Duwike digawe? (Uangnya buat apa?)
Sandi: Mbalon. (Buat melacur)
Dewasa: Nang endi? (melacur di mana?)
Sandi: Ndek Dolly! (di Dolly, -lokalisasi terbesar di Surabaya)
Dewasa: Paling enak kecepet? (paling endak terjepit apa?)
Sandi: K**pet! (terjepit alat kelamin wanita?)
(para pria dewasa yang merekam tertawa terpingkal-pingkal)
Dewasa: Sandi balita? (Sandi anak apaan?)
Sandi: Bejat, jangan ditilu. Lambene lusak. (Anak bejat, jangan ditiru. Mulutnya rusak)
Dewasa: Contone? (Contohnya apa?)
Sandi: E**ek! (alat kelamin wanita)
Dewasa: Contone? (Contohnya apa lagi?)
Sandi: E**el! (bagian organ intim wanita)
(para pria dewasa yang merekam tertawa terpingkal-pingkal lagi)
Dewasa: Contone? (contoh lainnya apa lagi?)
Sandi: K**tol! T**rok! (alat kelamin pria dan wanita dalam bahasa Surabaya yang kasar)
Sandi kemudian memasukkan rokok di mulutnya, lalu salam toz dengan seorang pria dewasa.
Sang pria kemudian menempelkan ibu jari yang diapit jari telunjuk dan jari tengah (simbul pelacuran, di pipi Sandi.
Sembari berteriak: “Cruut!!!” Sandy membalas, “Cruutt!!””
Sandi lantas duduk nyantai medongkrong seperti adegan orang dewasa sambil menikmati sebatang rokok.
Sandi: Aku tak ngerokok sik. Tak enak-enakno…
Dewasa: Iyo rek, enak-enakno wis.!
Dewasa: Kotak sing gurung. (asap kotak yang belum)
Sandi: meniupkan asap kotak dari mulutnya.
Dewasa: Ha..ha…ha…. tertawa terpingkal-pingkal.
Dewasa: Sakiki metu teko erung! (Sekarang merokok keluar dari hidung)
Sandi: Meniupkan asap kotak dari hidungnya, lalu berdiri, naik ke atas karung putih di atasnya.
Dewasa: Awas tibo lho koen. Saiki banteng iso tah? (hati-hati kamu nak. Sekarang jadi banteng bisa ndak?)
Sandi: Hoaaahhh! Sandi berteriak memeragakan adegan banteng sambil meniup asap rokok..
Dewasa: Macan kimpet tah koen? (Itu sih macan xxx –nama kelamin wanita)
Sandi: Iyo.. macan kimpet aku. (Iya dong, aku ini macan xxx –nama kelamin wanita)
Dewasa: Koen, Ndoly ambek Suko seneng sing endi le? (Sandi, kamu lebih suka mana, Dolly atau Suko?)
Sandi: Suko nggak enak, kandani kok. Wonge elek-elek. (Suko itu tidak enak, pelacurnya jelek-jelek)
Dewasa: Sing apik Ndoly tah? (Memangnya yang bagus itu Doly?)
Sandi: Iyo, ayu-ayu. (Iya, pelacurnya cantik-cantik)
Dewasa: Nok kono lapo engkok? (Apa yang kamu lakukan di Dolly?)
Sandi: Ngepot!! (berhubungan badan dengan pelacur) Jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak, berulang kali menggoyang-goyangkan pantatnya maju-mundur, memperagakan adegan suami-istri.
Astagfirullah, na’udzubillah min dzalik. Mudah-mudahan jangan ada lagi Sandi-Sandi lain dalam keluarga dan lingkungan kita.
Wanita: Owalah Ndi.. Ndi, kowe iku nek gede nek dadiyo opo? (Oh Sandi, kamu nanti kalau sudah besar mau jadi apa?)
Dewasa: Sandi nek gede dadi? (Sandi kalau sudah besar mau jadi apa?)
Sandi: Maling! (Jadi maling!)
Dewasa: Duwike digawe? (Uangnya buat apa?)
Sandi: Mbalon. (Buat melacur)
Dewasa: Nang endi? (melacur di mana?)
Sandi: Ndek Dolly! (di Dolly, -lokalisasi terbesar di Surabaya)
Dewasa: Paling enak kecepet? (paling endak terjepit apa?)
Sandi: K**pet! (terjepit alat kelamin wanita?)
(para pria dewasa yang merekam tertawa terpingkal-pingkal)
Dewasa: Sandi balita? (Sandi anak apaan?)
Sandi: Bejat, jangan ditilu. Lambene lusak. (Anak bejat, jangan ditiru. Mulutnya rusak)
Dewasa: Contone? (Contohnya apa?)
Sandi: E**ek! (alat kelamin wanita)
Dewasa: Contone? (Contohnya apa lagi?)
Sandi: E**el! (bagian organ intim wanita)
(para pria dewasa yang merekam tertawa terpingkal-pingkal lagi)
Dewasa: Contone? (contoh lainnya apa lagi?)
Sandi: K**tol! T**rok! (alat kelamin pria dan wanita dalam bahasa Surabaya yang kasar)
Sandi kemudian memasukkan rokok di mulutnya, lalu salam toz dengan seorang pria dewasa.
Sang pria kemudian menempelkan ibu jari yang diapit jari telunjuk dan jari tengah (simbul pelacuran, di pipi Sandi.
Sembari berteriak: “Cruut!!!” Sandy membalas, “Cruutt!!””
Sandi lantas duduk nyantai medongkrong seperti adegan orang dewasa sambil menikmati sebatang rokok.
Sandi: Aku tak ngerokok sik. Tak enak-enakno…
Dewasa: Iyo rek, enak-enakno wis.!
Dewasa: Kotak sing gurung. (asap kotak yang belum)
Sandi: meniupkan asap kotak dari mulutnya.
Dewasa: Ha..ha…ha…. tertawa terpingkal-pingkal.
Dewasa: Sakiki metu teko erung! (Sekarang merokok keluar dari hidung)
Sandi: Meniupkan asap kotak dari hidungnya, lalu berdiri, naik ke atas karung putih di atasnya.
Dewasa: Awas tibo lho koen. Saiki banteng iso tah? (hati-hati kamu nak. Sekarang jadi banteng bisa ndak?)
Sandi: Hoaaahhh! Sandi berteriak memeragakan adegan banteng sambil meniup asap rokok..
Dewasa: Macan kimpet tah koen? (Itu sih macan xxx –nama kelamin wanita)
Sandi: Iyo.. macan kimpet aku. (Iya dong, aku ini macan xxx –nama kelamin wanita)
Dewasa: Koen, Ndoly ambek Suko seneng sing endi le? (Sandi, kamu lebih suka mana, Dolly atau Suko?)
Sandi: Suko nggak enak, kandani kok. Wonge elek-elek. (Suko itu tidak enak, pelacurnya jelek-jelek)
Dewasa: Sing apik Ndoly tah? (Memangnya yang bagus itu Doly?)
Sandi: Iyo, ayu-ayu. (Iya, pelacurnya cantik-cantik)
Dewasa: Nok kono lapo engkok? (Apa yang kamu lakukan di Dolly?)
Sandi: Ngepot!! (berhubungan badan dengan pelacur) Jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak, berulang kali menggoyang-goyangkan pantatnya maju-mundur, memperagakan adegan suami-istri.
Astagfirullah, na’udzubillah min dzalik. Mudah-mudahan jangan ada lagi Sandi-Sandi lain dalam keluarga dan lingkungan kita.
Sumber : voa-islam.com
0 comments:
Posting Komentar